Kamis, 17 Februari 2011

Profil Singkat Pimpinan Yayasan




Awalnya ia digembleng di pesantren Hidayatullah di daerah Puncak Cisarua oleh Ust. Karyadi, kemudian ia ditugaskan keberbagai daerah nusantara. Tugas pertamanya adalah ke pesantren Hidayatullah Kendari Sultra untuk membantu Ust. Abdul Majid, pengalaman da’wahnya saat itu sangat minim sekali, apalagi kendari bagaikan negeri asing bagi Ahmad yang belum pernah menginjakan kakinya di Sulawesi bagian manapun, namun pria kecil nan tinggi ini terus maju dan melangkah, sebelum bergabung Hidayatullah ia memang tergolong dari keluarga yang prasejahtera dan yatim sejak kecil. sehingga keadaan apapun yang ia hadapi tetap membuatnya sabar, apalagi ditambah dengan pendidikan dan gemblengan pesantren Hidayatullah yang senantiasa membuat tiap kader dan santrinya, selalu bernyali baja dalam berda’wah kemana dan dimana saja.


Ada satu kisah lucu, ketika ia berkhutbah pertama kali disebuah masjid dekat kampus Unhalu Sultra, saking semangatnya ia berkhutbah hingga 1jam, walaupun banyak jamaah yang meneteskan air mata karena mendengar uraian khutbahnya yang menggebu-gebu, namun Alhamdulillah ia segera sadar kalau ia telah melakukan kekeliruan terhadap waktu khutbah “ini adalah pengalaman yang banyak orang jadi korbannya dan tidak boleh terulang” kata Ahmad ketika teringat kejadian itu. Ia hampir 2 tahun malang melintang berda’wah di sana, hingga ia akhirnya kembali ke Bogor Jawa Barat untuk menyelesaikan pendidikannya.


Program KDM (Kuliah Da'i Mandiri)

Di masa kuliah ia mendapat tugas dari Hidayatullah untuk berda’wah di Karawang, karena jarak yang cukup jauh ia pindah ke Karawang Jabar, ia memulai aktifitas da’wahnya sambil kuliah. Di Karawang ia tinggal di sebuah masjid yang tak berdinding di tengah sawah. Pelan tapi pasti, bersama pengurus lain ia senantiasa bergairah dalam merentas jalan da’wah. Dari ruang ta’mir masjid yang ia tinggali, ia dan para pengurus mulai merintis TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dan pengajian masyarakat. Aktifitas kuliah menuntutnya untuk senantiasa PP (pulang pergi) ke kampusnya di bogor minimal 2 kali dalam seminggu, karena padatnya aktifitas yang ia jalani akhirnya ia jatuh sakit dan harus dirawat disebuah Rumah Sakit beberapa minggu di Bogor. Atas saran Dokter dan kawan-kawannya ia dituntut untuk banyak istirahat dan tinggal di Bogor, akhirnya ia aktif berda’wah bersama para Da’I Hidayatullah yang berkiprah di Bogor, pada tahun 2008 ia di percaya menjadi penanggung jawab program KDM (Kuliah Da’I Mandiri) yang dengannya Ratusan Da’I telah tersebar kepelosok nusantara.


Ia bersama para pengurus DPD Hidayatullah Bogor Raya membentuk program Kuliah da’I Mandiri yaitu sebuah program pelatihan dan pembekalan singkat selama 3 bulan untuk mengembleng para calon da’I sebelum disebar ketengah masyarakat di seluruh penjuruh nusantara. Menurutnya program da’wah ditengah masyrakat harus menarik, ilmiah dan variatif. Oleh karena itu selain mengembangkan program Grand MBA yakni Gerakan Da’wah Memberantas Buta Al-Qur’an baik buta arti atau buta ma’na yang sudah menjadi Trade Mark Hidayatullah, juga mengembangkan program QUBA ya’ni program cara membaca kitab kuning dengan cepat. Ia bersama para rekan telah sukses melaksanakan program KDM angkatan II, III, V.


Ditengah sibuknya aktifitas yang dijalankan tuntutan printisan pesantren Hidayatullah cabang baru Bogor sangat mendesak, mengingat tuntutan masyarakat agar lebih merasakan lagi manfaat kehadiran Hidayatullah semakin meluas, maka ia bergerak bersama para kader merintis Hidayatullah di daerah Kayu Manis, Tanah Sereal, Bogor. Areal sekitar 2000 M2 dibantaran kali yang penuh semak, serta dipenuhi binatang melata baik ular dll, dalam waktu 3 hari kini telah bersih dan siap dijadikan lembaga pendidikan dan pengkaderan bagi anak yatim, dhu’afa serta mualaf , Alhamdulillah setelah satu tahun pesantren ini berdiri lebih dari 60 anak asuh kini tinggal dan menuntut ilmu di tempat ini seluruh biaya dan kebutuhan anak asuh semuanya ditanggung oleh pesantren, tidak sepersen pun mereka dipungut biaya. Setelah ekonomi pesantren Hidayatullah ini kokoh maka turunlah surat tugas da’wah untuk merintis Hidayatullah di Gunung sindur kab. Bogor. Maka ia dengan 10 kader yang senantiasa setia padanya bergerak ke lokasi yang di amanahkan.


Kampung Da’wah

Alhamdulillah sudah beberapa bulan Hidayatullah di tempat ini berjalan dengan berbagai program, kini telah berdiri sebuah Yayasan dengan nama Ruhama yang berarti kasih sayang. Ruhama adalah sebuah Yayasan yang dibangun oleh Ahmad selaku Da’I dan beberapa dosen rekannya serta beberapa mahasiswa dari sebuah peguruan tinggi di Bogor, mereka semua mayoritas berasal dan dibesarkan dalam lingkungan yang sama yakni lingkungan yang senantiasa menuntut kerasnya perjuangan, karena berbagai macam problematika dan kemelut kehidupan ini. Hampir 80% pengurusnya awalnya adalah anak-anak yatim dan Dhu’afa bahkan diantara mereka ada yang tak punya keluarga lagi selain kawan-kawan dan para guru yang membesarkan hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar